Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abdullah bin Salam mendengar akan tibanya Rasulullah
di saat berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap kepada Rasulullah SAW dan berkata:
"Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal, yang tidak akan ada yang
mengetahui jawabannya kecuali seorang Nabi. 1. Apa tanda-tanda pertama hari kiamat,
2. Makanan apa yang pertama-tama dimakan oleh ahli syurga,
dan 3. Mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya?" Jawab
Nabi SAW: "Baru saja Jibril memberitahukan hal ini padaku." Kata Abdullah bin Salam:
"Jibril?" Jawab Rasulullah SAW: "Ya." Kata Abdullah bin Salam: "Dia itu termasuk malaikat
yang termasuk musuh kaum Yahudi." Lalu Nabi membacakan ayat ini (S. 2: 97) sebagai teguran
kepada orang-orang yang memusuhi malaikat pesuruh Allah.
(Diriwayatkan oleh Bukhari yang bersumber dari Anas.)
Keterangan:
Menurut Syaikhul Islam al-Hafidh Ibnu Hajar dalam kitab Fathulbari:
"Berdasarkan susunan kalimatnya, ayat yang dibacakan (S. 2: 97) oleh Nabi ini,
sebagai bantahan kepada kaum Yahudi, dan tidak seharusnya turun bersamaan dengan
peristiwa tersebut di atas. Dan inilah yang paling kuat. Di samping itu keterangan
lain yang syah, bahwa turunnya ayat ini pada peristiwa lain, dan bukan pada peristiwa
Abdullah bin Salam."
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa serombongan kaum Yahudi telah datang menghadap Nabi SAW
dan mereka berkata: "Hai abal Qasim! Kami akan menanyakan kepada tuan lima perkara. Apabila
tuan memberitahukannya, maka tahulah kami bahwa tuan seorang Nabi." Selanjutnya hadits itu
menyebutkan yang isinya antara lain bahwa mereka bertanya: 1. Apa yang diharamkan bani
Israil atas dirinya, 2. tentang tanda-tanda kenabian, 3. tentang petir dan suaranya,
4. tentang bagaimana wanita dapat melahirkan laki-laki dan dapat juga wanita,
dan 5. siapa sebenarnya yang memberi kabar dari langit. Dan dalam akhir hadits itu dikatakan
mereka berkata: "Siapa sahabat tuan itu?" yang dijawab oleh Rasulullah SAW: "Jibril."
Mereka berkata: "Apakah Jibril yang biasa menurunkan perang, pembunuhan dan siksaan? Itu musuh
kami. Jika tuan mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tanam-tanaman dan hujan, tentu lebih
baik" Maka turunlah ayat ini (S. 2: 97) berkenaan dengan peristiwa tersebut
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan Nasa'i dari Bakr bin Syihab, dari Sa'id bin
Jubair yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada suatu hari Umar datang kepada Yahudi, yang ketika
itu sedang membaca Taurat. Ia (Umar) kaget, karena isinya membenarkan apa yang disebut di dalam
Al-Qur'an. Ketika itu lalulah Nabi SAW di hadapan mereka. Dan berkatalah Umar kepada Yahudi.
"Aku minta agar engkau menjawab pertanyaanku ini dengan sungguh-sungguh dan jujur. Apakah
kamu tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah?" Guru mereka menjawab: "Memang benar kami
tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah." Umar berkata: "Mengapa kamu tidak mau
mengikutinya?" Mereka menjawab: "Ketika kami bertanya tentang penyampai kenabiannya,
Muhammad mengatakan "Jibril". Dialah musuh kami yang menurunkan kekerasan, kekejaman,
peperangan dan kecelakaan." Umar bertanya: "Malaikat siapa yang biasa diutus kepada Nabimu?"
Mereka menjawab: "Mikail, yang menurunkan hujan dan rahmat." Umar bertanya: "Bagaimana
kedudukan mereka itu di sisi Tuhannya?" Mereka menjawab: "Yang satu di sebelah kanan-Nya dan
yang lain di sebelah kiri-Nya." Umar berkata: "Tidak sepantasnya Jibril memusuhi pengikut
Mikail, dan tidak patut Mikail berbuat baik kepada musuh Jibril. Sesungguhnya aku percaya
bahwa Jibril, Mikail dan Tuhan mereka akan berbuat baik kepada siapa yang berbuat baik
kepada Mereka. Dan akan berperang kepada siapa yang mengumumkan perang kepada Mereka."
Kemudian Umar mengejar Nabi SAW untuk menceriterakan hal itu. Tetapi sesampainya pada Nabi,
Nabi SAW bersabda: "Apakah engkau ingin aku bacakan ayat yang baru turun kepadaku?" Umar
menjawab: "Tentu saja ya Rasulullah." Kemudian beliau membaca: "Man kaana 'aduwwal li
Jibrila fainnahu nazzalahu 'ala qalbika ......sampai al-kaafirin." Ayat tersebut di atas
(S. 2: 97, 98). Umar bekata: "Ya Rasulullah! Demi Allah, saya tinggalkan kaum Yahudi tadi
dan menghadap tuan justru untuk menceriterakan apa yang kami percakapkan, tetapi rupanya
Allah telah mendahului saya."
(Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih, dalam musnadnya dan Ibnu Jarir yang bersumber
dari as-Syu'bi. Sanad ini shahih sampai as-Syu'bi, hanya as-Syu'bi tidak bertemu dengan Umar.
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber selain dari
as-Syu'bi. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari as-Suddi dan Qatadah yang bersumber dari Umar
yang kedua-duanya munqathi karena didalam satu sanad, jika gugur nama seorang raqi, lain dari Shahabi, atau gugur
dua orang rawi yang tidak berdekatan, yakni gugurya berselang. ) 3)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa seorang Yahudi berkata ketika bertemu dengan
Umar bin Khaththab: "Sesungguhnya Jibril yang disebut-sebut oleh shahabatmu itu (Rasululllah)
adalah musuh kami." Maka berkatalah Umar: "Barangsiapa yang memusuhi Allah, Malaikat-Nya,
para Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah memusuhinya." Maka turunlah ayat
ini (S. 2: 97, 98) bersesuaian dengan apa yang diucapkan Umar.
(Diriwayatkan oleh Ibnu abi Hatim yang bersumber dari Abdurrahman bin Laila. Sumber ini
saling menguatkan dengan yang lainnya.)
Keterangan:
Menurut Ibnu Jarir sebab-sebab yang diceriterakan dalam hadits-hadits tersebut di atas
merupakan sebab-sebab turunnya ayat ini (S. 2. 97, 98).
|