JUZ 2
KEESAAN TUHANLAH AKHIRNYA YANG MENANG
Sekitar pemindahan kiblat
142. Orang-orang yang kurang akalnya[93] diantara manusia akan
berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya
(Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?"
Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"[94].
[93]. Maksudnya: ialah orang-orang yang kurang pikirannya sehingga
tidak dapat memahami maksud pemindahan kiblat.
[94]. Di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berada di Mekah di tengah-tengah
kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16
atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi
dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi
kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat
shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu menjadi tujuan,
tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk persatuan umat Islam,
Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah SAW shalat menghadap ke Baitul Maqdis, dan
sering melihat ke langit menunggu perintah Allah (mengharapkan qiblat diarahkan ke Ka'bah atau
Masjidil Haram) sehingga turunlah surat Al Baqarah ayat 144 yang menunjukkan qiblat ke Masjidil Haram.
Sebagian kaum Muslimin berkata: "Inginlah kami ketahui tentang orang-orang yang telah meninggal
sebelum pemindahan qiblat (dari Baitul Maqdis ke Ka'bah), dan bagaimana pula tentang shalat kami
sebelum ini, ketika kami menghadap ke Baitul Maqdis?" Maka turunlah ayat yang lainnya (S. 2. 143),
yang menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan iman mereka yang beribadah menurut
ketentuan pada waktu itu. Orang-orang yang berfikiran kerdil di masa itu berkata: "Apapula
yang memalingkan mereka (kaum Muslimin) dari Qiblat yang mereka hadapi selama ini (dari Baitul
Maqdis ke Ka'bah)?" Maka turunlah ayat yang lainnya lagi (S. 2. 142) sebagai penegasan bahwa
Allah-lah yang menetapkan arah qiblat itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ismail bin Abi Khalid, dari Abi Ishaq
yang bersumber dari al-Barra. Di samping itu ada sumber lainnya yang serupa
dengan riwayat ini.)
Dalam riwayat lainnya dikemukakan bahwa di antara kaum Muslimin ada yang ingin mengetahui
tentang nasib orang-orang yang telah meninggal atau gugur sebelum berpindah qiblat. Maka
turunlah surat Al Baqarah ayat 143.
(Diriwayatkan dalam kitab Shahihain (Bukhari dan Muslim) yang bersumber dari al-Barra.)
|
|